KOMODIFIKASI, SPASIALISASI DAN STRUKTURASI DALAM PROGRAM “INDONESIA MENCARI BAKAT MUSIM 3”

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

1.1 Latar Belakang

Media Massa, sudah tidak dapat dipungkiri dan telah terbukti menjadi faktor yang amat signifikan dan determinasinya dalam sejarah panjang perjalanan politik Indonesia dari era kolonial hingga era reformasi saat ini. Media massa tidak salah jika menempati urutan  keempat sebagai kekuatan politik yang amat signifikan dalam pergeseran-pergeseran sosial politik Indonesia, bahkan keruntuhan Soeharto dan kroni-kroninya tidak terlepas dari peran media massa untuk menampilkan kebobrokan pemerintahan Orde Baru, yang selama ini dikontrol oleh penguasa. Sehingga apa yang diwartakan oleh media massa telah melecutkan semangat masyarakat untuk menjatuhkan Soeharto dari kursi kekuasaannya selama 32 tahun.

Dengan kekuatan dan pengaruh yang amat potensial yang dimiliki oleh media massa, pasca reformasi ini banyak kalangan pemilik modal besar beramai-ramai untuk menginvestasikan modalnya di bidang ini. Meski pada dasarnya bisnis media merupakan “bisnis berdarah-darah”, artinya bisnis ini merupakan bisnis yang penuh resiko ketimbang mendapat keuntungan besar, seperti halnya bisnis di bidang properties,hiburan, jasa, transportasi, atau kuliner. Tentu saja investasi di bidang ini, pemilik modal mempunyai pandangan dan alasan yang kuat. Namun jika dicermati dengan secara seksama, intinya siapa pun mereka yang menekuni bisnis ini adalah selain mengejar keuntungan ekonomi, juga secara ideal berusaha menanamkan pengaruh kepada khalayak umum.  Dari pendekatan kritis, aspek ekonomi politik selalu dilihat dan dimaknai sebagai kontrol. Hubungan pemilik modal dan media massa bukan semata-mata dilihat sebagai bentuk kerja dan praktek professional, tetapi sebagai intrumen pengontrol, melalui mana kelompok dominan memaksakan dominasinya kepada kelompok lain yang tidak dominan.

 

 

Table 1.1

Kepemilikan Stasiun Televisi, Radio dan Media Cetak Nasional

No

Nama Grup

Nama Stasiun Televisi, Radio dan Media Cetak

1

Media Nusantara Citra

RCTI, TPI (sekarang MNC TV),Global TV, Okezone.Com, Trijaya FM, Radio Dangdut,Women Radio,Tabloid Realita, Seputar Indonesia, dan Mom&Kiddie

2

Trans crop

Trans TV, Trans 7 dan detik.com

3

Surya Citra Media

SCTV, O Channel, Indosiar

4

Bakrie Grup

ANTV, TV One, Jak TV, dan Viva News.Com

5

Lippo Grup

Investor Daily, Kabel Vision, Forbes, Newsweek,dan Suara Pembaruan,

6

Media Grup/Surya Paloh

Media Indonesia, Metro TV, dan Media Online

Sumber : Jurnal Ilmu Komunikasi, Gatut Priyowidodo

 

Jika kelompok modal besar ini tidak memiliki sparing partner atau kompetitor yang ‘netral’ dalam sumber informasi. Akan bisa dibayangkan akan terjadi oligopoli sumber informasi dan kepentingan ekonomi politik bagi bisnisnya dan kekuasaan lainnya, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan mendominasi dan mengontrol kelompok yang tidak memiliki kekuatan tersebut. Jelas rakyat selaku konsumen akan memperoleh sedikit dari objektivitas berita yang semestinya dipaparkan kepada publik. Terlebih lagi dalam penyiarannya ada agenda besar yang terselubung dengan mekanisme pembelian ‘blocking time’ atau melakukan sinergi atas nama kepentingan tertentu, jelas adanya keberpihakan terhadap kelompok lain yang dianggap menguntungkan pihak pemilik media.

Dalam makalah ini, pandangan ekonomi politik komunikasi akan menelaah dan menganalisis bagaiman kepentingan pemilik modal ketika mereka berafiliasi dengan penguasa, dan kepentingan ekonomi politik apa yang akan diperoleh, ketika berinvestasi di media massa tersebut.

Maka dari itu dalam makalah ini saya akan membahas suatu program acara yang dapat dikatakan sukses dan saya akan membahasa mengenai bagiamana Ekonomi Politik Komunikasi-nya “INDONESIA MENCARI BAKAT (IMB) MUSIM 3”. Indonesia Mencari Bakat adalah ajang pencarian bakat anak-anak bangsa yang dikemas dalam sebuah program bergenre talent show. Program ini merupakan buah pemikiran putra putri bangsa; dirancang, diciptakan, dan juga akan diikuti oleh anak bangsa. Trans TV merupakan sebuah stasiun televisi yang tergabung dalam Trans Corp (Trans TVTrans 7, dan Trans Studio), ini menjadi sebuah jaminan bahwa bakat-bakat yang ditemukan di Indonesia Mencari Bakat akan tersalurkan dengan sempurna. Pemirsa juga akan dilibatkan untuk menentukan bakat terbaik melalui polling sms. Sponsor utama dalam acara ini ialah Zee. Pada tanggal 25 Maret 2011, Indonesia Mencari Bakat dinobatkan menjadi acara pencarian bakat terfavorit pada malam penganugerahan Panasonic Gobel Awards 2011 dan Ananda Omesh juga dinobatkan menjadi presenter pencarian bakat terbaik dalam penghargaan tersebut.

 

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat kita identifikasikan fokus masalah, diantaranya sebagai berikut :

  1. Komodifikasi dalam program Indonesia Mencari Bakat Musim 3?
  2. Spasialisai dalam program Indonesia Mencari Bakat Musim 3?
  3. Strukturisasi dalam program Indonesia Mencari Bakat Musim 3?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

2.1 Teori-Teori Ekonomi Politik Komunikasi

Dalam definisinya yang sempit, ekonomi politik komunikasi adalah suatu kajian relasi sosial, terutama relasi kekuasaan, yang secara seimbang berkontribusi dalam produksi, distribusi, dan konsumsi dari sumber daya, termasuk sumber daya komunikasi. Sementara dalam definisinya yang luas, ekonomi politik diartikan sebagai kajian untuk mengontrol dan bertahan kehidupan sosial. Dengan demikian, beragam fenomena kemediaan atau komunikasi yang ada di antara definisi luas dan sempit bisa dikaji melalui “pisau analisis” ekonomi politik.

 

2.1.1 Pendekatan Ekonomi Politik dalam Media Massa

Pendekatan ekonomi politik memfokuskan pada kajian utama tentang hubungan antara struktur ekonomi-politik, dinamika industri media, dan ideologi media itu sendiri. Perhatian penelitian ekonomi politik diarahkan pada kepemilikan, kontrol serta kekuatan operasional pasar media. Dari titik pandang ini, institusi media massa dianggap sebagai sistem ekonomi yang berhubungan erat dengan sistem politik.

Secara umum, menurut Vincent Mosco (1996), teori ekonomi politik adalah sebuah studi yang mengkaji tentang hubungan sosial, terutama kekuatan dari hubungan tersebut yang secara timbal balik meliputi proses produksi, distribusi dan konsumsi dari produk yang telah dihasilkan. Awal kemunculan dari teori ini didasari pada besarnya pengaruh media massa terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Dengan kekuataan penyebarannya yang begitu luas, media massa kemudian dianggap tidak hanya mampu menentukan dinamika sosial, politik dan budaya baik dalam tingkat lokal, maupun global, akan tetapi media massa juga mempunyai peran yang sangat signifikan dalam peningkatan surplus secara ekonomi. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa media massa berperan sebagai penghubung antara dunia produksi dan konsumsi. Melalui pesan-pesan yang disebarkan lewat iklan di media massa, peningkatan penjualan produk dan jasa sangat memungkinkan untuk terjadi ketika audiences terpengaruh terhadap pesan yang tampilkan melalui media massa tersebut.

Dalam sektor ekonomi dan politik, media massa mampu menyebarkan dan memperkuat sistem ekonomi dan politik tertentu dan tidak jarang melakukan negasi atas sistem ekonomi dan politik yang lain. Meskipun demikian, satu hal yang tidak bisa kita abaikan adalah bahwa media massa secara tidak langung menjalankan fungsi ideologis tertentu seperti yang dianut oleh pemilik media. Berdasarkan hal tersebut, upaya melihat media secara integratif tidak bisa hanya dilakukan dengan pendekatan ekonomi semata, akan tetapi juga melibatkan pendekatan politik. Untuk itulah, kemudian, kajian ekonomi politik menjadi suatu kajian yang penting.

Lebih lanjut, Murdock dan Golding (Baran, 2000) menjelaskan bahwa ekonomi politik menekankan pada kajian tentang kelompok yang mempunyai kontrol atas institusi ekonomi seperti bank dan pangsa pasar dan kemudian mencoba untuk menunjukan dampak dari kontrol tersebut terhadap institusisosial lainnya, termasuk didalamnya adalah mass media.

Untuk dapat memahami konsep ekonomi politik media secara keseluruhan, Vincen tMosco (1996) menawarkan 3 konsep dasar yang harus dipahami, yakni :

  • Komodifikasi

Komodifikasi berhubungan dengan bagaimana proses transformasi barang dan jasa beserta nilai gunanya menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Memang terasa aneh, karena produk media umumnya adalah berupa informasi dan hiburan. Sementara kedua jenis produk tersebut tidak dapat diukur seperti halnya barang bergerak dalam ukuran-ukuran ekonomi konvensional. Aspek tangibility-nya akan relatif berbeda dengan barang dan jasa lain.

Kendati keterukuran tersebut dapat dirasakan secara fisikal, tetap saja produk media menjadi barang dagangan yang dapat dipertukarkan dan berilai ekonomis. Dalam lingkup kelembagaan, awak media dilibatkan untuk memproduksi dan mendistribusikannya kekonsumen yang beragam. Boleh jadi konsumen itu adalah khalayak pembaca media cetak, penonton televisi, pendengar radio, bahkan negara sekalipun yang mempunyai kepenyingan dengannya. Nilai tambahnya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana produk media memenuhi kebutuhan individual maupun sosial.

            Terdapat beberapa bentuk komodifikasi menurut Mosco, yakni komodifikasi isi, komodifikasi audiens/khalayak dan komodifikasi pekerja. Kemudian ada dua bentuk komodifikasi lain yang menjadi bagian dari komodifikasi audiens yakni komodifikasi intrinsic dan komodifikasi ekstensif :

  • Komodifikasi Isi atau Content

Bentuk pertama yang tentu kita kenali adalah komodifikasi content atau isi media komunikasi. Komoditas pertama dari sebuah media massa yang paling pertama adalah content media. Proses komodifikasi ini dimulai ketika pelaku media mengubah pesan melalui teknologi yang ada menuju system interpretasi yang penuh makna hingga menjadi pesan yang marketable.

Alhasil akan terjadi kereagaman dan isi media untuk dapat menarik perhatian khalayak. Banyak contoh yang dapat kita ambil dan lihat dari media-media di Indonesia. Namun sayangnya, konten media dibuat sedemikian rupa sehingga aga benar-benar menjadi kesukaan public meski hal itu bukanlah fakta dan kebutuhan public, pengesahan segala cara termasuk cara licik dilakukan demi mendapat perhatian audiens yang tinggi. Kadang inilah yang menjadi ciri dari ideology  industry media tertentu, ideology ekonomi misalnya. Dan kemudian jika komodifikasi ini berhasil maka para adveriser akan tertarik untuk membeli waktu jeda dalam program tersebut, inilah logika bisnis industry media.

 

  • Komodifikasi Audiens atau Khalayak

Salah satu prinsip dimensi komodifikasi media massa menurut Gamham dalam buku yang ditulis Mosco menyebutkan bahwa pengguna periklanan merupakan penyempurnaan dalam proses komodifikasi media secara ekonomi. Audiens merupakan komoditi penting untuk media media massa dalam mendpatkan iklan dan pemasukan. Media dapat meciptakan khalayaknya sendiri dengan membuat program semenarik mungkin dan kemudian khalayak yang tertarik tersebut dikirimkan kepada para pengiklan.

Konkritnya media biasanya menjual audiens dalam bentuk rating atau share kepada advertiser untuk dapat menggunakan  air time mereka. Cara yang paling jitu adalah dengan membuat program yang dapat mencapai angka tertinggi daripada program di station lain. Program tersebut biasanya menjawab kebutuhan audiensnya, programmer media massa akan mengabungkan beragam kebutuhan audiens dala satu program ata beberapa program. Dengan demikian audiens dapat menikmati beragam kebutuhan hiburan (misalnya) dalam satu program saja.

 

  • Komodifikasi pekerja (Labour)

Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagimana menyenagkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa, walaupun dengan upah yang tak seharusnya.

 

  • Spasialisasi

Spasialisasi, berkaitan dengan sejauh mana media mampu menyajikan produknya di depan pembaca dalam batasan ruang dan waktu. Pada aras ini maka struktur kelembagaan media menentukan perannya di dalam memenuhi jaringan dan kecepatan penyampaian produk media di hadapan khalayak. Perbincangan mengenai spasialisasi berkaitan dengan bentuk lembaga media, apakah berbentuk korporasi yang berskala besar atau sebaliknya, apakah berjaringan atau tidak, apakah bersifat monopoli atau oligopoli, konglomerasi atau tidak.Acapkali lembaga-lembaga ini diatur secara politis untuk menghindari terjadinya kepemilikan yang sangat besar dan menyebabkan terjadinya monopoli produk media.3.

 

  • Strukturasi

Terakhir, strukturasi berkaitan dengan relasi ide antaragen masyarakat, proses sosial dan praktik sosial dalam analisis struktur. Strukturasi dapat digambarkan sebagai proses dimanastruktur sosial saling ditegakkan oleh para agen sosial, dan bahkan masing-masing bagian dari struktur mampu bertindak melayani bagian yang lain. Hasil akhir dari strukturasi adalah serangkaian hubungan sosial dan proses kekuasaan diorganisasikan di antara kelas, gender,ras dan gerakan sosial yang masing-masing berhubungan satu sama lain. Gagasan tentang strukturasi ini pada mulanya dikembangkan oleh Anthony Giddens (Mosco, 1996).

 

Tabel 2.1

Kekuatan dan Kelemahan Teori Ekonomi Politik

Kekuatan

Kelemahan

Provides focus on how media arestructured and controlled

Has a little explanatory atmicroscopic level

Offers empirical investigation

Is not concerned with scientific verification; is based on subjective analysis of finances

Seek link between media content production and media finances

 

Sumber : Baran dan Davis, 2000

 

2.1.2 Pendekatan Ekonomi Politik Berbagai Varian

Sering sekali pendekatan ekonomi politik diasumsikan bahwa adanya integrasi antara ilmu ekonomi dan ilmu politik. Satu hal jarang diungkapkan adalah ide ekonomi dan politik itu sendiri sebenarnya didasarkan pada pemisahan antara ilmu politik dengan ilmu ekonomi. Kalau politik dibedakan dari ekonomi, itu tidak berarti bahwa keduanya benar-benar terpisah sepenuhnya, terisolasi dari yang lain atau tidak peduli terhadap yang lain. Dan juga itu tidak berarti bahwa ekonomi dan politik tidak saling mempenagruhi satu sama lain atau tidak “terjadi” dalam struktur konkrit yang sama. Sebagai contoh, alokasi barang dan jasa bisa terjadi dalam struktur pasar atau struktur politik. Sementara organisasi-organisasi yang konkret seperti bank, perusahaan, media massa kelompok kepentingan dan serikat pekerja bisa bersifat politik atau ekonomis tergantung pada kegiatan yang mereka lakukan dan juga tergantung pada kategori analitis yang digunakan peneliti. Maka ketika kami mengatakan bahwa ilmu ekonomi dan ilmu politik terpisah satu sama lain, yang kami maksud adalah keduanya berbeda secara analitis.

Jika ekonomi dan politik berbeda satu sama lain, maka semestinya membahas berbagai teori dalam ilmu ekonimi dan ilmu politik haruslah memperhitungkan perbedaan antara keduanya. Tantangan yang dihadapi disini ada dua. Pertama, kita harus mengindentifikasi  berbagai pemahaman yang berbeda tentang ekonomi dan politik. Apa saja ide-ide utama yang terkait dengan dua konsep ini sama-sama akar dari ilmu sosial. Kedua, kita perlu mengindentifikasi hubungan teoritis antara ekonomi dengan politik. Kadang-kadang hubungan teoritis ini sudah terbentuk dengan sendirinya, namun kadang-kadang kita harus membangunnya sendiri. Hubungan antara ekonomi dan politik inilah yang kami pahami sebagai ekonomi politik. Ini adalah sebuah telaah teoritis.

Dalam sebuah studi media ini pendekatan ekonomi politik pada dasarnya mengkaitkan aspek ekonomi (kepemilikan dan pengendalian media), keterkaitan dengan kepemimpinan, dan faktor-faktor lain yang menyatukan industri media dengan industri lainnya, serta dengan elit-elit politik. Atau dalam bahasa Elliot, studi ekonomi dan politik media melihat bahwa isi dan maksud-maksud yang terkandung pesan-pesan media ditentukan oleh dasar ekonomi dari organisasi media yang menghasilkannya. Organisasi media komersial harus memahami kebutuhan para pengiklan dan harus menghasilkan produk yang sanggup meraih pemirsa terbanyak. Sedangkan institusi-institusi media yang dikendalikan institusi politik dominan atau oleh pemerintah, harus senantiasa kepada inti dari kesepakatan umum. Menurut Golding dan Murdock, pendekatan ekonomi politik mempunyai tiga karakteristik penting. Pertama, holistik, dalam arti pendekatan ekonomi politik melihat hubungan yang saling berkaitan antara berbagai faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya di sekitar media dan berusaha melihat berbagai pengaruh dari beragam faktor ini.Kedua, historis, dalam artian analisis ekonomi politik mengkaitkan posisi media dengan lingkungan global dan kapitalistik, dimana proses perubahan dan perkembangan konstelasi ekonomi merupakan hal yang terpenting untuk diamati. Ketiga, studi ekonomi politik juga berpegang teguh pada falsafah materialism, dalam arti mengacu pada hal-hal yang nyata dalam realitas kehidupan media.

Pendekatan ekonomi politik media dapat dibagi dalam dua bagian yakni pendekatan ekonomi politik liberal dan pendekatan ekonomi politik kritis (gagasan ini banyak dipengaruhi oleh Marxis dan Neo Marxis). Pendekatan ini secara prinsip terletak pada bagaimana aspek ekonomi politik media dilihat. Dalam pendekatan liberal, aspek ekonomi politik dilihat sebagai bagian dari kerja dan praktek professional. Iklan, pemodal dilihat sebagai instrumen professional dalam menerbitkan media massa. Sebaliknya dalam pendekatan kritis aspek ekonomi politik selalu dilihat dan dimaknai sebagai kontrol dari pemilik modal atau penguasa. Iklan dan pemodal bukan semata-mata dilihat sebagai  bentuk kerja dan praktik professional, tetapi iklan dan pemilik modal itu adalah instrumen pengontrol melalui mana kelompok dominan memaksakan dominasinya kepada kelompok lain yang tidak dominan (yang tidak memiliki modal atau kelas bawah).

Struktur ekonomi media dalam pendekatan liberal semata-mata dilihat dalam kerangka kerja professional. Bagian iklan atau pemilik media adalah salah satu fungsi dari beragam fungsi dalam media. Pendekatan kritis beragamnya posisi dan ketidaksamaan posisi dalam sebuah organisasi media menyebabkan dominasi satu kelompok kepada kelompok lain. Bagian iklan atau pemilik media dapat menjadikan kekuasaannya untuk mendominasi pihak lain, misalnya untuk memaksakan bagian redaksi agar memberitakan kasus-kasus yang menguntungkan pemilik media saja, atau pemilik media yang berafiliasi dengan kekuasaan politik lainnya. Klasifikasi perbedaan antara dua varian pendekatan ekonomi politik media ini dari aspek epistimilogi, historic, issue dan focus serta concern. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

 

Table 2.2

Perbedaan Ekonomi Politik Liberal dan Kritis

 

Ekonomi Politik Liberal

Ekonomi Politik Kritis

Epistimilogi

Parsial : Ekonomi sebagai bidang yang terpisah dan khusus

Holistik : faktor ekonomi, politik, sosial, dan budaya saling mempengaruhi

Historis

Analisis historis yang objektif, terlepas dari waktu historis yang khusus dan tempat yang penting

Analisis historis khusus terfokus pada investigasi deskripsi terhadap kapitalisme modern

Isu dan Fokus

Mekanisme dan struktur pasar dimana konsumen dipilih oleh dan dengan komoditi yang bersaing pada basis kegunaan dan kepuasan

Kondisi-kondisi di mana aktivitas komubikasi terstruktur oleh realitas distribusi material dan sumber daya simbolik yang tidak seimbang

Concern

Efisiensi kedaulatan individu dalam arti semakin kuat tekanan pasar, semakin besar kekuasaan konsumen untuk memilih

Keseimbangan antara perusahaan swasta dan intervensi (campur tangan) publik, keadilan, keseteraan, dan publik goods

Sumber : Golding dan Murdock dalam Agus Sudibyo hal 74

 

Apa efek iklan terhadap pemberitaan, khususnya iklan yang mempunyai gagasan terselubung (artinya gagasan politik untuk mendukung kemapanan kekuasaan atau proses mencari kekuasaan politis), bagaimana pertarungan yang terjadi antara divisi redaksional dengan iklan sendiri belum banyak dipermasalahkan selama ini dan regulasi yang mengaturnya. Pendekatan ekonomi politik kritis terbagi atas varian instrumentalisme, strukturalis dan konstruktivisme. Perbedaan antara varian satu dengan yang lainnya terletak pada ide-ide dasar untuk meninjau permasalahan ekonomi dasar dan keterkaitannya dengan lingkungan ekonomi, politik dan budaya.

 

 

 

 

2.2 Kerangka Pemikiran

 

Latar Belakang

 

 

 


BAB III

PEMBAHASAN

 

3.1    Profil Indonesia Mencari Bakat

Indonesia Mencari Bakat 3 adalah acara pencarian bakat generasi ketiga dari Indonesia Mencari Bakat Trans TV. Sponsor utama acara ini adalah susu Zee. Host acara ini adalah Omesh; dewan juri IMB Generasi 3 adalah Titi SjumanAddie MSDeddy Corbuzier, Syahrini dan Soimah Pancawati. Acara yang tayang pada hari Sabtu dan Minggu mulai pada pukul 18:00 WIB/19:00 WITA/20:00 WIT ini secara resmi tayangan di Malaysia melalui parabola Astro Indo Pack yang terdiri dari 2-saluran televisi seperti: Astro Bintang (Channel 141) dan Astro Pelangi (Channel 142) ditayangkan pada hari Sabtu hingga Ahad mulai pada pukul 19:00 MST, pemenang acara ini akan mendapatkan gelar Bakat Pilihan Indonesia & disponsor utama dalam acara ini ialah Susu Zee yang dimiliki oleh Kalbe Nutritionals dan diperusahaan oleh Kalbe Farma.

Isi dari program ini tentu saja adalah kontes menunjukan bakat-bakat menarik dan unik dari anak bangsa di Indonesia. Peserta akan diminta untuk menunjukan bakat-bakat mereka yang sudah ditentukan konsepnya oleh team kreatif IMB 3. Selain untuk mencari dukungan mereka juga dinilai oleh para juri dan menjadi hiburan untuk penonton baik studio maupun dirumah. Komponen lain yang ditampilkan adalah kelucuan para juri, mislakan aksi kocak dari soimah yang bisa membuat penonton distudio ataupun dirumah bisa tertawa hingga terbahak-bahak.

Ketika tayangan acara ditayangkan biasanya ditampilkan pula profil dari para finalis. Misalnya saja bagaimana kehidupan sehari-harinya, apa yang menjadi rutinitas peserta atau bagaimana keadaan keluarga finalis. Jika ada finalis yang memang memiliki profil lebih dramatis atau menyentuh maka akan ditambahkan pula sesi dramatis di panggung.

Sisipan lain adalah tayangan-tanyangan finalis dalam keseharian selama dikarantina, akan ditanyangkan bagaimana proses mereka dalam menjalani latihan, dari mulai latihan sampai dengan gladiresik. Selain para finalis, program ini juga menampilkan para bintang tamu yang juga mempunyai bakat yang unik, seperti penyanyi, penari, grup band atau bahkan seniman. Biasanya bintang tamu adalah artis yang sudah berpengalam dan professional kemudian bintang tamu tersebut dikolaborasikan dengan para peserta.

Host dalam program in adal Ananda Omesh. Ia merupakan seorang pelawak dan mantan pemain Extravaganza yang pernah ditayangkan juga oleh Trans TV, maka ketika dipanggung, ia sering melakukan beragam adegan atau sikap yang mengundang banyak tawa, dengan demikian unsur komedi juga terdapat dalam program ini.

Terakhir adalah saat acara pengunguman hasil poling SMS. Maka akan tercipta suasana panggung yang dramatis dan mendebarkan. Finalis akan menunggu hasil poling sms yang akan dibacakan oleh host. Host akan membacakan 3 posisi poling sms terendah. Dari poling sms 3 terendah itulah juri yang akan menentukan siapa yang akan bertahan dan siapa yang akan dipulangkan

 

3.2    Pendekatan Ekonomi Politik Komunikasi IMB 3

Sebagaiman yang kita ketahui, dalam pendekatan Ekonomi Politik Komunikasi Vincet mosco membagi 3 konsep dasar yang harus dipahami, diantaranya :

 

  • Komodifikasi

Jam tayang dari program ini adalah tiap weekend atau pada hari sabtu dan minggu dari jam 18.00 WIB hingga 20.00 WIB. Waktu tayang seperti ini merupakan jam taayang yang sangat tepat karena dianggap efektif dalam menjangkau penonton sebanyak-banyaknya karena berada pada Prime Time. Selain itu karena hari sabtu dan minggu merupakan hari istirahat bagi keluarga, anak liburan sekolah dan orang tua juga libur. Jika dihitung-hitung maka seluruh keluarga dapat menonton program ini.

Target audiens yang awalnya adalah para remaja yang sedang mencari bakat untuk dirinya, tapi sesungguhnya tetap saja para stakeholder dari remaja pun menjadi target besar yang sangat ‘menjanjikan’. Lihat saja jam tayang yang sangat strategis yang mampu ditonton oleh siapapun dalam anggota keluarga. Acara yang serupa dengan Indonesia mencari bakat ini juga pada akhirnya menjadi kontroversi karena target audiens yang tak jelas. Dalam pengamatan sayapun demikan, penggemar setia program ini tidak hanya kaum remaja melainkan anak-anak hingga ibu rumah tangga yang berasal dari berbagai golongan status social.

 

  • Komodifikasi konten/isi

Indikasi komodifikasi dari isi program iMB 3 :

a)      Banyaknya varian unsur dalam program ini. Seperti yang saya paparkan diatas, dimulai dengan penampilan oleh bakat-bakat dari peserta dan bintang tamu, kemudian komedi dari host dan para juri, juga sesi dramatis dan tayangan profil yang merupakan unsur drama dalam program ini. Dengan demikian pengisi program juga sangat variatif, mulai dari penyanyi, comedian, penari, aktris dan seniman lainnya.

b)      Seperti isu awal yang disebarkan adalah memberikan alternative tontonan bagi yang baik untuk seluruh anggota keluarga. Dan tentu saja tetap memiliki unsur, bukan hanya hiburan. Seolah-olah program ini memang menjawab kebutuhan audiens.

c)      Para peserta yang memang sangat dipersiapkan dengan matang hingga benar-benar dapat memukau audiens. Mereka sengaja dilatih bakat-bakat yang mereka miliki serta pakaian yang menarik agar dapat memuaskan dan memanjakan penontonnya. Selain itu konsep dan tata panggung dari setiap penampil pun selalu berbeda sehingga memberikan kesan segar dan tak membosankan.

d)     Program Indonesia Mencari bakat 3 yang menampikan nyanyian, tarian, seni lukis, komedia dan drama menjadi indikasi dalam komodifikasi. Dengan membuat program yang “all in one” maka trans tv dapat mengkalim bahwa inilah program yang benar benar diinginkan oleh audiens. Dan akan selalu mendapat perhatian yang tinggi dari audiens.

 

Jadi dapat kita ketahui bahwa komodifikasi konten pada program “Indonesia Mencari Bakat 3” dimana sebuah bakat-bakat unik yang ditampilkan oleh para peserta mengubah nilai guna yang tadinya hanya sebuah bakat-bakat yang tak diketahui oleh khalayak berubah menghasilkan nilai tukar atau mempunyai nilai jual pada setiap peserta di tiap-tiap episodenya.

 

  • Komodifikasi Audiens

Penciptaan audiens dengan program semenarik mungkin. Program IMB 3 ini dianggap menjadi program favorit oleh anggota keluarga dan telah mendapat angka rating yang cukup tinggi. Hal ini menujukan bahwa memang penonton program ini bukanlah sedikit, dibuktikan dengan angka rating yang cukup tinggi. Dibawah ini merupakan data rating dan share IMB 3 dari Babak Semi Final 1 – Putaran Final 6 :

Table 3.1 Daftar Rating Indonesia mencari bakat

Daftar Episode

Episode/Babak

Tanggal tayang

Rating

Sahre

rank

Semi Final 1

10-11-2012

2.7

11.5

11

Semi Final 2

11-11-2012

2.9

11.7

10

Semi Final 3

17-11-2012

N/A

N/A

N/A

Semi Final 4

18-11-2012

N/A

N/A

N/A

Semi Final 5

24-11-2012

2.8

11.1

14

Semi Final 6

25-11-2012

2.5

10.2

12

Semi Final 7

1-12-2012

N/A

N/A

N/A

Semi Final 8

2-12-2012

N/A

N/A

N/A

Semi Final 9

8-12-2012

N/A

N/A

N/A

Semi Final 10

9-12-2012

N/A

N/A

N/A

Semi Final 11

16-12-2012

N/A

N/A

N/A

Putaran Final 1

22-12-2012

TBA

TBA

TBA

Hasil Putaran Final 1

23-12-2012

TBA

TBA

TBA

Putaran Final 2

29-12-2012

TBA

TBA

TBA

Hasil Putaran Final 2

30-12-2012

TBA

TBA

TBA

Putaran Final 3

5-01-2013

3.4

15.3

8

Hasil Putaran Final 3

6-01-2013

TBA

TBA

TBA

Putaran Final 4

12-01-2013

3.3

14.0

10

Hasil Putaran Final 4

13-01-2013

3.3

14.2

7

Putaran Final 5

19-01-2013

TBA

TBA

TBA

Hasil Putaran Final 5

20-01-2013

TBA

TBA

TBA

Putaran Final 6

26-01-2013

TBA

TBA

TBA

Hasil Putaran Final 6

27-01-2013

TBA

TBA

TBA

Sumber : Wikipedia.com

 

Dengan melihat table diatas maka kita ketahui memang audiens dari program IMB 3 sangat banyak. Audiens sama dengan komoditas, dlaam hal ini tentu saja audiens adalah sumber pemasukan yang sangat menggiurkan bagi medianya. Kita ketahui jika rating tinggi maka jumlah penontonnya termasuk tinggi. Dan para pengiklan akan sangat tertarik dengan program ber-rating tinggi untuk memasang iklanya, Untuk memaparkan dengan mudah, saya membuat rumusan seperti dibawah ini :

 
   

 

 

 

Maksudnya adalah yang terdiri dari isi dan pengisinya dibuat sedemikian menariknya agar menarik audiens. Dan jika berhasil, audiens yang tinggi menghasilakan rating yang tinggi. Sedangkan rating yang tinggi akan menarik advertiser untuk membeli spot-spot iklan yang ada dalam selingan program atau dalam program itu sendiri. Karena dalam komodifikasi ini, audiens dan ratinglah yang menjadi komoditas media untuk mecari sumber dana.

Bagaimana sebuah iklan yang membeli air time atau ruang dalam sebuah media massa kemudian mereka mendapat peningkatan keuntungan dari iklan-iklan yang mereka pasang pada media massa. Perputaran uang-uang hasil dari berbagai transaksi yang berhubungan proses komunikasi antara media dan khalayaknya maka dianggap juga sebagai hasil proses komodifikasi. Dalam hal ini, rating atau share adalah sebuah komoditi yang penting yang juga menghubungkan advertiser, pemilik perusahaan dan audiens yang juga sebagai konsumen dari produk-produk mereka. Maka rating menjadi sangat penting, bukan hanya untuk komoditas media tapi juga telah menjadi bagian dari tahapan-tahapan perkembangan komodifikasi komunikasi.

Selain dari rating, pemasukan lain adalah dari kiriman SMS yang masuk untuk mendukung para finalis. Tarifnya adalah Rp. 2000,- dang angka tersebut pastilah sangat mengguntungkan karena SMS ukungan yang masuk tidak sedikit. Disinilah komodifikasi audiens juga terjadi.

 

  • Komodifikasi Labour/Pekerja

Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagaimana menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa, walaupun dengan upah yang tak seharusnya.

Bagaimana para pekerja/crew program tv tersebut menyiapkan segala keperluan untuk mendukung acara tersebut mulai dari konsep acara, memerlukan ide-ide yang inovatif, dekorasi tempat sampai akhirnya para penonton setia program tv “Indonesia Mencari Bakat 3” dapat menikmati dengan nyaman acara tersebut dan hal itu tidak terlepas dari kerja keras para pekerja atau crew acara tersebut.

Kini setelah program IMB 3 selesai, maka tentu saja media tidak ingin kehilangan audiensnya. Maka dari itu para team creative atau pekerja membuat program lain yang akan memegang kesetiaan audiens IMB 3. Yakni dengan membuat Indonesia Mencari Bakat Duet Maut Indonesia Mencari Bakat Reuni dan yang lainnya.

 

  • Spasialisasi

Vincent Mosco memaknai spasialisasi sebagai proses untuk mengatasi ruang dan waktu. Dalam pandangan ini, Mosco mencoba memetakan sejauh mada media mampu menyajikan produknya ke hadapan pembaca, pemirsa, ataupun konsumennya dengan batasan ruang dan waktu. Ruang ini, tentu tak hanya bermakna geografis semata, namun juga demografis. Inilah sisi, dimana struktur kelembagaan suatu media mempunyai peran yang signifikan dalam memenuhi jaringan dan kecepatannya untuk menyampaikan produknya ke hadapan publik.

Spasialisasi Program “Indonesia Mencari Bakat 3” yang tayang di Trans TV ini juga dapat mengatasi atau melampaui ruang dan waktu dimana acara ini dapat dilihat kembali dibeberapa media diantaranya :

 

  • YouTube

Bagi penontonya yang tidak sempat menyaksikan acara tersebut dan dapat memilihi episode mana yang hendak ditonton, sehingga dapat memudahkan penontonnya jika hendak menonton kembali. Sudah tidak asing memang jika saat ini banyak stasiun tv yang menayangkan setiap program tv nya tersebut secara steaming hal ini tidak terlepas dari kemajuan jaman dan teknologi yang digunakan oleh media-media. Dibawah ini adalah gambar pencarian IMB 3 di situs Youtube

 

Gambar 3.1. Spasialiasi dari situs Youtube

 

 

 

  • Twitter

Selain Youtube, media yang dipakai oleh team IMB 3 untuk mempromosikan dan mengupdate program tersebut yaitu twitter, twitter merupakan salah satu media online atau social medial yang sedang booming di kalangan anak muda maupun dewasa saai ini.

 

Gambar 3.2 Twitter @TRANS_IMB

 

 

 

  • Facebook

Facebook adalah jejaring social yang tidak asing lagi bagi masyarakt Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Walau kini facebook mulai tergantikan posisinya oleh twitter namun saya rasa masih cukup efektif untuk mempromoasikan dan mendistribusikan program IMB 3, karena para pengguna akan lebih focus.

Gambar 3.3 facebook IMB

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Streaming

Spasialiasi yang terakhir adalah menggunakan Streaming. Layanan streaming ini bisa di akses di situs www.mytrans.com. Di situs ini kita bisa melihat para peserta yang tampil karena streaming yang dilihat di siarkan bersamaan dengan yang disiarkan di Tv.

 

  • Strukturasi

Strukturasi yaitu sebuah proses dimana struktur Sosial ditegakan oleh agen sosial bahkan memberikan medium pada konstitusi tersebut. Bagaimana cara media membangun hegemoni dan menegakan hegemoni atau pemahaman yang mendominasi masyarakat.

Pada program tv “Indonesia Mencari Bakat 3” yang tayang setiap sabtu dan minggu dimana setiap episodenya hegemoni yang berasal baik dari peserta atau bahkan juri pun menjadi obat bius bagi penonton. Misalnya saja jargon atau kata-kata yang digunakan oleh juri Soimah dan Syahrini. Soimah dengan kata-kata “Jos Gandos-nya” yang bisa membuat penonton tertawa dan kata jos gandos pun semakin tenar seiring dengan naiknya rating IMB 3. Hingga kini kata jos gandos menjadi sebuah ungkapan sesuatu yang dianggap keren atau bagus dikalangan masyarakat, ada lagi jargon dari syahrini yaitu “Cetar Membahana” tidak beda jauh makna dari jargo punya Soimah. Kata cetar membahana dapat diibaratkan sebagai sesuatu yang luar biasa. Dan jargon ini pun melekat dibenak penonton.

 

 

BAB IV

KESIMPULAN

 

 

Bedasarkan penjelasan-penjelasan diatas, sudah jelas bahwa di dalam program Indonesia Mencari Bakat 3 ini terdapat Pendekatan Ekonomi Politik komunikasi jika ditinjau dari teori yang saya gunakan yaitu 3 konsep dasar Ekonomi Politik komunikasi menurut Vincet Mosco :

  • Komodifikasi

Komodifikasi adalah upaya mengubah apapun menjadi komoditi atau barang dagangan, dengan kata lain komodofikasi adalah perubahan nilai guna menjadi nilai tukar.

  • Komodifikasi Konten

komodifikasi konten pada program “Indonesia Mencari Bakat 3” dimana sebuah bakat-bakat unik yang ditampilkan oleh para peserta mengubah nilai guna yang tadinya hanya sebuah bakat-bakat yang tak diketahui oleh khalayak berubah menghasilkan nilai tukar atau mempunyai nilai jual pada setiap peserta di tiap-tiap episodenya

  • Komodifikasi Audiens

Indikasi yang digunakan adalah rating yang selalu tinggi dengan program yangunggulan dan spot iklan yang sangat banyak, hingga kini komodifikasi audiens masih kerap kali digunakan oleh media karena orientasi media kini masih kepada keuntungan semata (profit oriented). Ahl ini dapat kita analisis dengan menggunakan teori yang saya gunakan kepada program-program lain. Dan kita akan tercengang ketika kita sendiri menjadi komoditas bagi media.

  • Komodifikasi Pekerja

Bagaimana para pekerja/crew program tv tersebut menyiapkan segala keperluan untuk mendukung acara tersebut mulai dari konsep acara, memerlukan ide-ide yang inovatif, dekorasi tempat sampai akhirnya para penonton setia program tv “Indonesia Mencari Bakat 3” dapat menikmati dengan nyaman acara tersebut dan hal itu tidak terlepas dari kerja keras para pekerja atau crew acara tersebut.

Kini setelah program IMB 3 selesai, maka tentu saja media tidak ingin kehilangan audiensnya. Maka dari itu para team creative atau pekerja membuat program lain yang akan memegang kesetiaan audiens IMB 3. Yakni dengan membuat Indonesia Mencari Bakat Duet Maut Indonesia Mencari Bakat Reuni dan yang lainnya.

 

  • Spasialisasi

Spasialisasi, berkaitan dengan sejauh mana media mampu menyajikan produknya di depan pembaca dalam batasan ruang dan waktu. Pada aras ini maka struktur kelembagaan media menentukan perannya di dalam memenuhi jaringan dan kecepatan penyampaian produk media di hadapan khalayak.

Spasialisasi Program “Indonesia Mencari Bakat 3” yang tayang di Trans TV ini juga dapat mengatasi atau melampaui ruang dan waktu dimana acara ini dapat dilihat kembali dibeberapa media diantaranya : Youtube, Twitter, Facebook dan Streaming.

 

  • Strukturasi

Strukturasi yaitu sebuah proses dimana struktur Sosial ditegakan oleh agen sosial bahkan memberikan medium pada konstitusi tersebut. Bagaimana cara media membangun hegemoni dan menegakan hegemoni atau pemahaman yang mendominasi masyarakat.

Pada program tv “Indonesia Mencari Bakat 3” yang tayang setiap sabtu dan minggu dimana setiap episodenya hegemoni yang berasal baik dari peserta atau bahkan juri pun menjadi obat bius bagi penonton. Misalnya saja jargon atau kata-kata yang digunakan oleh juri Soimah yaitu “JOS GANDOS” dan Syahrini dengan “CETAR MEMBAHANA”.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Buku :

Arifin, Anwar, 2011, Sistem Komunikasi Indonesia, Simbiosa Rekatama Media, Bandung

Redi Panuju, 1997, Sistem Komunikasi Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogjakarta

Nurudin, 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta

Sutrimo, Sistem Komunikasi Indonesia, hands-out, Fisip Unas, 2005

Soemarno, ( 2004 ) sistem komunikasi indonesia. Jakarta: universitas terbuka.

 

Internet :

http://www.mytrans.com/

http://gado-gadosangjurnalis.blogspot.com/2011/09/teori-hegemoni.html

https://www.facebook.com/pages/Indonesia-Mencari-Bakat/309058608593?fref=ts

http://id.scribd.com/doc/32321437/Ekonomi-Politik-Media-Komodifikasi-

http://wisnumartha14.blogspot.com/2010/10/senarai-pemikiran-vincent-mosco-bagian.html

http://www.subhanagung.net/2011/10/studi-media-dalam-paradigma-ekonomi.html

Leave a comment